Cahaya lampu LED putih yang memancarkan cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek akan lebih banyak menekan produksi melatonin pada tubuh daripada lampu yang memancarkan cahaya oranye atau kuning dari bohlam tekanan tinggi (HPS) dari natrium.
Cahaya putih buatan sebenarnya merupakan spektrum cahaya biru, yang dipancarkan pada panjang gelombang antara 440-500 nanometer. Cahaya putih buatan tersebut dapat menekan produksi melatonin pada kelenjar pineal otak, yang merupakan sebuah kelenjar kecil di otak.
Produksi melatonin yang ditekan dapat menimbulkan dampak, antara lain perubahan pada pengaturan jam biologis, sehingga dapat menyebabkan gangguan perilaku dan masalah kesehatan.
Tubuh memiliki jam biologis sendiri yang mengontrol siklus alami tidur dan bangun. Biasanya tingkat melatonin mulai naik saat larut malam, dan tetap tinggi sepanjang malam, dan kemudian turun saat pagi hari.
Melatonin adalah senyawa yang mengatur jam biologis dan dikenal oleh karena sifat anti-oksidan dan anti-kankernya. Cahaya dapat mempengaruhi berapa banyak tubuh memproduksi melatonin. Tingkat melatonin alami perlahan-lahan turun sejalan dengan bertambahnya usia. Beberapa lansia memproduksi melatonin dalam jumlah yang sangat kecil atau tidak memproduksi sama sekali.
Studi ini meneliti mengenai pengaruh dari berbagai jenis lampu terhadap 'polusi cahaya' dan efek penekan produksi melatonin. Peneliti merekomendasikan beberapa langkah yang harus diambil untuk menyeimbangkan kebutuhan menghemat energi dan melindungi kesehatan masyarakat.
"Seperti halnya ada peraturan dan standar untuk polutan lain, maka juga harus ada peraturan dan aturan untuk polusi yang berasal dari cahaya lampu pada malam hari," kata Prof Ibrahim Haim, kepala Interdisciplinary Chronobiological Research di University of Haifa Israel.
Studi yang berjudul 'Membatasi dampak polusi cahaya pada kesehatan manusia, lingkungan, dan penglihatan bintang' oleh Fabio Falchi, Pierantonio Cinzano, Christopher D. Elvidge, David M. Keith, dan Ibrahim Haim, telah diterbitkan dalam Journal of Environmental Management.
Dari hasil studi ditemukan perbandingannya bahwa bohlam logam halida yang mengeluarkan cahaya putih dan digunakan untuk penerangan stadion, dapat menekan melatonin pada tingkat lebih dari 3 kali lebih besar dari bohlam HPS. Sedangkan lampu dioda pemancar cahaya (LED), yang juga memancarkan cahaya putih, dapat menekan melatonin pada tingkat 5 kali lebih tinggi dari bohlam HPS.
Seperti dikutip dari NewsMedical, Rabu (14/9/2011), para peneliti juga memberikan saran untuk mengurangi dampak polusi cahaya, antara lain:
- Membatasi penggunaan bohlam yang memancarkan cahaya putih.
- Menyesuaikan tiang lampu sehingga cahaya dari lampu tidak diarahkan melampaui cakrawala, yang secara signifikan akan mengurangi polusi cahaya.
- Mengurangi penggunaan bohlam lampu dalam jumlah yang banyak, yaitu hanya menggunakan jumlah cahaya yang diperlukan untuk suatu keperluan.
- Matikan lampu saat tidak digunakan.
- Produksi melatonin yang ditekan dapat menimbulkan dampak, antara lain perubahan pada pengaturan jam biologis, sehingga dapat menyebabkan gangguan perilaku dan masalah kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar