Belum ada cukup bukti untuk mengatakan susah tidur atau insomnia sebagai
sifat genetik yang diturunkan. Namun penelitian memberi bukti yang kuat
bahwa risiko insomnia meningkat jika salah satu atau lebih anggota
keluarga mengalaminya.
Peningkatan risiko yang dimaksud cukup
signifikan sehingga dapat diduga bahwa insomnia juga bisa menurun ke
anggota keluarga. Makin banyak anggota keluarga yang insomnia,
peningkatan risiko pada anggota keluarga yang lain juga semakin besar.
Dugaan
ini di dikemukakan oleh Dr Charles M Morin, seorang peneliti dari
Universite Laval's School of Psychology. Dalam sebuah penelitian
terbaru, ia melakukan survei terhadap 3.485 orang dengan cara
menanyainya secara langsung melalui telepon.
Dr Morin menanyakan
kebiasaan dan pola tidur, khususnya yang menyangkut gejala insomnia
yakni gelisah dan susah tidur baik pada responden yang bersangkutan
maupun di keluarga intinya. Survei serupa kemudian dilakukan lagi 12
bulan berikutnya, lalu hasilnya dibandingkan.
Rupanya dalam 12
bulan tersebut, jumlah responden maupun keluarga responden yang
menunjukkan gejala insomnia meningkat. Peningkatan risiko dialami oleh
para responden yang pada survei pertama mengakui adanya riwayat gangguan
serupa pada anggota keluarganya.
Data yang terhimpun dalam
survei menunjukkan, 40 persen responden punya riwayat insomnia di
keluarganya. Kebanyakan punya 1 orang yang insomnia di keluarganya yakni
76 persen, punya 2 orang yang insomnia yakni 21 persen dan 3 orang
sebanyak 3 persen.
Makin banyak anggota keluarga yang punya
riwayat insomnia, risiko responden untuk mengalami gangguan yang sama
pada survei yang kedua makin besar. Pada keluarga yang 1 anggotanya
insomnia, risiko meningkat 37 persen, 2 orang meningkat 250 persen dan
jika 3 orang peningkatannya 314 persen.
"Ada kemungkinan yang
sangat kuat bahwa faktor genetik bisa meningkatkan risiko insomnia.
Namun kami belum bisa melihat adanya mekanisme psikologis yang
mempengaruhi kegelisahan dan gangguan tidur," ungkap Dr Morin saat
mempresentasikannya dalam kongres Sleep Medicine di Quebec City, seperti
dikutip dari Medicalnewstoday, Kamis (15/9/2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar